Dulu saat saya masih jomblo, saya sering merasa terintimidasi oleh mereka yang lebih dulu punya pasangan. Katanya sih jadi jomblo memang lebih cepat tersingung hahahaa… 😀 Nggak juga sih! Orang jomblo gak selalu merasa malang, tapi kadang yang sudah punya pasangan (sengaja atau tidak) suka bikin jomblo ngerasa down…
Jadi ceritanya dulu sekitar tahun 2009 ada teman cewek yang sering ngajak saya ke mall usai jam kantor. Katanya dia mau menikah, jadi perlu melihat-lihat perabotan rumah tangga. Sesuai dengan tujuannya, kalau ke mall kami pasti mengunjungi bagian perabot rumah tangga seperti peralatan memasak, mesin cuci, setrikaan, sprei, dan lain-lain. Dia selalu cerita dengan bangga tentang cowoknya, seolah-olah saya gak akan seberuntung dia. Saya sih dengerin aja, biarkan dia merasa beruntung, toh memang kenyataannya saya masih jomblo kala itu.
Saya juga ada teman cewek yang lain. Dia sudah pernah menikah dan bercerai. Tahun 2010 dia bercerita akan menikah lagi untuk yang kedua kalinya. Tiap ketemu saya dia selalu tanya kapan saya nikah karena dia sudah mau menikah dua kali. Boro-boro saya nikah, waktu itu pacar pun tak jelas. Saat itu teman saya membuat saya benar-benar merasa tak laku… 🙁
Nah, ada satu lagi teman cewek. Tahun 2012 dia bercerita pada saya, katanya dalam waktu dekat pacar bulenya akan mengunjungi keluarganya di kampung. Kalau saya dengar dari ceritanya, sepertinya dia merasa jadi cewek paling beruntung dapat cowok bule yang baik, belum lama kenal sudah mau berkenalan dengan keluarga dan membicarakan masa depan. Jadi saya pikir gak lama lagi saya akan menerima undangan dari dia.
Waktu berlalu…
.
.
.
Singkat cerita saya sudah tidak pernah bertemu dengan teman-teman saya lagi. Saling kontak pun tidak pernah. Mungkin saya terlalu sibuk berjuang mencari jati diri dan kebahagiaan. Saya bertualang pindah kerja sana-sini, sampai pindah kota juga meninggalkan Jakarta.
Akhirnya… Saya pun menikah 🙂
Gosh!!! Lega akhirnya! Saya sudah menutup mulut-mulut yang sering nanya kapan saya nikah! Hahahaa… Eh bukan, bukan itu yang mau saya bahas. Ketika saya baru menikah tiba-tiba saja kepikiran teman-teman saya yang dulu. Apa kabar ya? Gimana kisah cinta mereka? Pasti udah bahagia semua, udah lagi gendong-gendong baby… Saya kan dulu satu-satunya yang jomblo. Saya pun mencari tahu kabar mereka meski cuma dari sosmed.
Kabar yang saya dapat adalah; teman saya yang pertama belum menikah juga sejak dia sibuk cari perabot rumah tangga tahun 2010. Dia masih pacaran dengan pacarnya yang dulu juga. Teman yang kedua sudah menikah tapi bercerai lagi. Wew, dua kali nikah, dua kali bercerai juga. Lalu teman saya yang ketiga juga belum menikah sejak dia bilang pacarnya mau ketemu keluarganya tahun 2012. Ternyata sampai sekarang pacarnya belum datang menemui keluarganya.
Saya jadi berpikir, apakah teman-teman saya itu sebenarnya hanya punya keinginan, bukan rencana? Bagi saya keinginan dan rencana itu jelas berbeda. Keinginan hanya sebatas harapan saja, sesuatu yang kita harapkan akan terjadi. Rencana adalah cara untuk mewujudkan sebuah keinginan. Usaha adalah kerja nyata menjalankan rencana. Jadi keinginan tanpa rencana adalah sia-sia dan rencana tanpa usaha adalah nol besar. Lalu teman saya yang bercerai, mungkin keinginannya menikah lagi membuatnya terburu-buru ambil keputusan, namun tak ada usaha memperbaiki diri akhirnya jadi jomblo lagi sekarang.
Pelajaran yang saya dapat dari mereka adalah sebaiknya jika kita punya keinginan jangan terlalu gembar-gembor dulu atau pengumuman sana-sini. Gak semua orang perlu tahu keinginan kita. Nanti kalau gagal akan malu dan tersiksa menjawab pertanyaan orang-orang. Itulah sebabnya saat saya menikah saya tidak memberi kabar siapa pun sampai undangan tercetak ada di tangan saya.
Keinginan, rencana, dan usaha akan berakhir pada takdir. Namun biasanya takdir tergantung dari usaha kita juga. Jangan merasa paling beruntung saat kita sedang ada di atas. Roda berputar, bumi pun berputar. Bagian yang di atas nanti juga akan berada di bawah, bagian yang terang nanti juga kebagian gelap. Dulu saya jomblo sendirian di antara teman-teman, tapi justru saya yang menikah duluan. Ingat saja bahwa takdir lebih kuasa berbicara, jadi kita tidak perlu banyak bicara sana-sini 🙂
Salam bahagia,
Desi Sachiko
Featured pic taken from sf.co.ua
Baca juga:
Mampukah Anda Memaafkan?
Bersyukur dengan Berbagi
Tidak Ada Orang yang Terlambat Menikah
*
Suka artikel ini? Silakan bagikan:
Leave A Reply