• Home
  • About
    • Profile
    • My Library
  • Contact
  • Privacy
  • Home
  • About
    • Profile
    • My Library
  • Contact
  • Privacy

Mari Menghargai Uang Recehan

January 14, 2014

Uang recehan yang umumnya berupa koin dan bernilai kecil sepertinya kurang dianggap di negara kita. Supermarket lebih suka memakai permen daripada menyediakan uang recehan di laci kasir. Bukan hanya di supermarket, bahkan di warung-warung kecil juga begitu.

Saya pernah dicemberuti kondektur bus dan supir angkot gara-gara membayar ongkos dengan uang recehan koin semua. Bahkan pernah salah satu teman saya membayar ongkos bus dengan recehan koin, lalu kondektur bus meleparkan koin-koin tersebut di depan teman saya. Sungguh keterlaluan!

Hal ini berbeda dengan apa yang saya alami di negara lain. Tak perlu jauh-jauh, ambil contoh negara terdekat, Singapura. Masyarakat Singapura menganggap uang recehan tetap bernilai. Di sana tidak ada supermarket yang memberikan kembalian berupa permen. Uang recehan berbagai pecahan selalu tersedia di kasir. Uang recehan terbesar di Singapura adalah uang koin 1 SGD dan yang terkecil adalah 5 sen.

Kemarin saya berbelanja di salah satu supermarket dekat tempat tinggal saya di Singapura. Saat antri di kasir, saya melihat orang di depan saya berbelanja sejumlah 80 SGD dan membayarnya dengan uang koin semua dengan pecahan 1 SGD. Persis seperti orang yang baru memecahkan celengan. Dia tidak malu membawa sekatung uang koin untuk membayar. Saya lihat wajah si kasir tidak keberatan sama sekali meskipun harus ribet menghitung uang-uang koin yang banyak itu. Orang-orang yang mengantri di kasir pun tidak menampakkan muka kesal karena harus menunggu agak lama saat kasir menghitung koin-koin tersebut. Mereka santai-santai saja. Ada yang mau coba di Indonesia?? Siap-siap dimaki mbak kasir ya! 😛

Contoh lain yang bisa dilihat adalah taksi. Supir taksi di Singapura tetap memberikan kembalian pada penumpangnya meski cuma 5 sen. Di Indonesia, kita sudah biasa tidak mendapatkan kembalian dari supir taksi, biasanya pembayaran dibulatkan ke atas. Terkadang bukan karena si supir taksi tidak ada recehan, tapi si penumpang lah yang tidak mau dikembalikan. Mungkin karena tidak suka mendapatkan uang recehan.

Ketika saya berada di Perancis, saya juga sering melakukan transaksi dengan uang recehan koin. Saya jadi berpikir, mengapa di Indonesia uang recehan dianggap tidak penting? Mengapa kebanyakan orang Indonesia malas memegang atau menyimpan uang recehan?

Di Indonesia sudah tidak aneh jika membeli sesuatu dengan harga yang dibulatkan ke atas dengan alasan tidak ada kembalian. Bukankah itu berarti kita membeli sesuatu dengan harga yang lebih mahal? Jika kita tidak keberatan dengan hal ini, berarti kita memang merasa kaya! Alhamdulillah… 😛

Alangkah baiknya jika saat ini kita mulai menghargai uang kecil. Recehan adalah uang juga, kita mendapatkannya dengan bekerja, bukan jatuh dari langit. Tidak perlu gengsi menggunakan uang recehan. Walaupun nilai uang tersebut kecil namun sama pentingnya dengan uang bernilai besar.

Mari kita naikkan derajat uang recehan. Masa sih uang receh di Indonesia cuma buat kerokan?? 😀

Salam,
Desi Sachiko

Featured pic taken from portlandcoins.com

*

Suka artikel ini? Silakan bagikan:

 
 
 Tweet  
BelanjaCashCentIndonesiaKasirkoinPembayaranRecehansupermarketUang
Share

Campur

You might also like

[Covid-19] Stop Traveling Sementara
March 12, 2020
[Corona Virus] Singapore Aman Gak, Sih??
February 8, 2020
Ribet dan Mahalnya Punya Mobil di Singapura
August 1, 2019

2 Comments


Winda
May 27, 2014 at 3:21 pm
Reply

Bener banget mbak, uang recehan kurang dihargai disini. Setiap travelling, saya juga mengamati. Cuma di Indonesia yang memberi uang kembalian berupa permen. Kalau uang recehan dikumpulkan sedikit demi sedikit pasti bisa jumlahnya menjadi besar.
Pengalaman saya paling aneh adalah ketika saya makan di pinggir jalan (Indonesia), pengemis ada yg hanya menerima uang kertas. Pengamen di pinggir jalan pernah saya kasih recehan 500 (tahun 2008/2009) dan malah melempar kembali ke saya.



karina
December 13, 2015 at 3:28 am
Reply

iya bener banget, cuma di indonesia doang kayaknya recehan gak ada gunanya 🙁 saya kerja merangkap kasir dan sering berhadapan dengan orang asing.. mereka senang kasih koin katanya itu berguna bahkan yang “berdasi” PUN ngumpulin uang receh ..



Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Jika Anda beretika, Anda melakukan share artikel bukan copy paste :)

  • AKU VAKSIN COVID DI SINGAPURA

    https://youtu.be/wQ4mIKyLgTM
  • YouTube Channel

  • Facebook

    Facebook Pagelike Widget
  • Recent Posts

    • Inilah Mengapa Saya Kurang Suka Instagram May 24, 2021
    • Kerja Keras Doang Nggak Cukup, YouTuber Perlu Hoki Juga! May 22, 2021
    • Nikah dengan Bule, Haruskah Pakai Nama Keluarga Suami? May 14, 2021
    • Jangan Katakan Ini Pada Wanita yang Mengalami Keguguran May 9, 2021
    • Cuma Modal Kulit Hitam Doang Bisa Dapat Bule?? February 15, 2021
  • Recommended Posts

    • Ribet dan Mahalnya Punya Mobil di Singapura
    • [Covid-19] Cara Mengurangi Resiko Tertular Virus
    • Cara Memakai dan Melepas Masker yang Benar
    • Bukan Cuma di Instagram, Dari Dulu Sudah Ada Endorse di Blog
    • Ketika Vlog Mulai Menyingkirkan Blog, Haruskah Blogger Hijrah Jadi Vlogger??
    • Jangan Melaminating Dokumen
    • Traveling Bawa Banyak Barang? Beli Bagasi dong!
    • Minta Oleh-Oleh Udah Gak Zaman!
    • Hal-Hal yang Harus Dipikirkan Sebelum Masuk ke Zona TTM
    • Tips Anti Gagal Move On
    • Enaknya Jadi Jomblo
    • Mampukah Anda Memaafkan?
    • Menolong Orang Lain Tanpa Menyakiti
    • Pengalaman Menghilangkan Panas Cabai di Tangan
  • Categories

    • Buleuforia & Mixed Marriage
    • Campur
    • Cinta & Wanita
    • Highlight
    • Info & Tips
    • Internet & Media Sosial
    • Karir & Bisnis
    • Note to Self & Curhat
    • Parenting & Family
    • Tempat & Traveling



© Copyright Desi Sachiko 2012-2021