• Home
  • About
    • Profile
    • My Library
  • Contact
  • Privacy
  • Home
  • About
    • Profile
    • My Library
  • Contact
  • Privacy

Kartini; The Power of Branding!

April 22, 2014

Banyak hal di dunia ini yang sengaja dibuat “panas” oleh orang-orang yang menginginkan perpecahan untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu hal yang selalu dipanasi menjelang tanggal 21 April adalah tentang pahlawan emansipasi wanita, Kartini.

Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh presiden Soekarno pada tanggal 2 Mei 1964. Kini sebagian orang mempertanyakan kenapa harus Kartini yang menjadi pahlawan emansipasi wanita, sedangkan Indonesia memiliki banyak pejuang wanita yang tidak kalah hebat dari Kartini.

Tergerak oleh rasa penasaran, maka saya membaca banyak artikel yang “memprotes” Kartini. Seperti yang saya duga, ujung-ujungnya dikaitkan dengan agama dan suku tertentu! Saya temukan kata-kata seperti ini: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda”. Ditambahkan lagi bahwa hal itu dimaksudkan untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Indonesia. Banyak yang membandingkan Kartini dengan pahlawan wanita yang lebih Islami seperti misalnya Cut Nyak Dien dan Dewi Sartika.

Saya kecewa melihat betapa mudahnya bangsa kita dipengaruhi jika hal tersebut  mengatasnamakan agama dan suku. Jika Kartini masih hidup, saya rasa dia pun tidak berniat ingin dijadikan pahlawan. Perjuangannya bukan untuk menjadi terkenal tapi untuk mengangkat derajat kaum wanita. Kalau Anda mengaku wanita Indonesia kenapa harus ikut menjelek-jelekkan Kartini?? Bukankah negara kita juga mengakui Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, dan lain-lain sebagai pahlawan nasional juga?? Bahkan nama-nama mereka juga diabadikan sebagai nama jalan-jalan di Indonesia.

Kartini memang dikenal oleh orang-orang Belanda. Ini hal yang wajar, karena Kartini adalah keturunan bangsawan dimana pada masa itu hanya kaum bangsawan yang bisa bergaul dengan orang-orang Belanda. Kartini makin terkenal setelah surat-surat Kartini (untuk para sahabatnya di Belanda) diterbitkan oleh orang Belanda menjadi sebuah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Jika dikatakan bahwa penetapan Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia karena campur tangan Belanda rasanya tidak aneh. Ini semacam “Personal Branding” dalam dunia marketing. Sesuatu yang sudah terkenal maka akan mendapat pengakuan atau lebih dipercaya oleh banyak orang. Contoh saja, banyak produk pasta gigi di Indonesia tapi yang paling terkenal adalah Pepsodent, bukan berarti merek lainnya tidak memiliki kualitas yang bagus, bukan?? Banyak minuman bersoda, tapi cuma Coca Cola yang paling diingat orang. Banyak ustad-ustad berkualitas (bahkan mungkin mereka ada di lingkungan kita) tapi yang terkenal cuma beberapa, dan yang paling digandrungi adalah ustad Jefri Al Buchori. Intinya, semua pahlawan sudah pasti diakui perjuangannya, tapi Kartini lebih memiliki “Good Brand” atau “Good Image” di dunia Internasional dibandingkan dengan pejuang wanita Indonesia lainnya.

Bangsa ini tidak akan maju jika hanya mempermasalahkan siapa yang pantas menjadi pahlawan. Lebih baik berbuat sesuatu untuk bangsamu daripada cuma bisa protes! Masih banyak sekali masalah di negara ini yang perlu dibenahi. Janganlah kita selalu membangun pemikiran-pemikiran negatif yang akhirnya melahirkan kebencian terhadap agama dan suku tertentu. Jadi buat apa meributkan siapa yang pantas disebut sebagai pahlawan emansipasi wanita??

Salam hangat,
Desi Sachiko

Featured pic taken from 

Baca Juga:
Kartini; Si Pemikir Modern di Masa Lalu

* * *

Suka artikel ini? Silakan bagikan:

 
 
 Tweet  
BekerjaEmansipasiIndonesiaIstriKarirKartiniMajuMasyarakatModernPahlawanPendidikanWanita
Share

Campur

You might also like

[Covid-19] Stop Traveling Sementara
March 12, 2020
[Corona Virus] Singapore Aman Gak, Sih??
February 8, 2020
Ribet dan Mahalnya Punya Mobil di Singapura
August 1, 2019

Leave A Reply


Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Jika Anda beretika, Anda melakukan share artikel bukan copy paste :)

  • AKU VAKSIN COVID DI SINGAPURA

    https://youtu.be/wQ4mIKyLgTM
  • YouTube Channel

  • TIKTOK

    Facebook Pagelike Widget
  • Recent Posts

    • Inilah Mengapa Saya Kurang Suka Instagram May 24, 2021
    • Kerja Keras Doang Nggak Cukup, YouTuber Perlu Hoki Juga! May 22, 2021
    • Nikah dengan Bule, Haruskah Pakai Nama Keluarga Suami? May 14, 2021
    • Jangan Katakan Ini Pada Wanita yang Mengalami Keguguran May 9, 2021
    • Cuma Modal Kulit Hitam Doang Bisa Dapat Bule?? February 15, 2021
  • Recommended Posts

    • Ribet dan Mahalnya Punya Mobil di Singapura
    • [Covid-19] Cara Mengurangi Resiko Tertular Virus
    • Cara Memakai dan Melepas Masker yang Benar
    • Bukan Cuma di Instagram, Dari Dulu Sudah Ada Endorse di Blog
    • Ketika Vlog Mulai Menyingkirkan Blog, Haruskah Blogger Hijrah Jadi Vlogger??
    • Jangan Melaminating Dokumen
    • Traveling Bawa Banyak Barang? Beli Bagasi dong!
    • Minta Oleh-Oleh Udah Gak Zaman!
    • Hal-Hal yang Harus Dipikirkan Sebelum Masuk ke Zona TTM
    • Tips Anti Gagal Move On
    • Enaknya Jadi Jomblo
    • Mampukah Anda Memaafkan?
    • Menolong Orang Lain Tanpa Menyakiti
    • Pengalaman Menghilangkan Panas Cabai di Tangan
  • Categories

    • Buleuforia & Mixed Marriage
    • Campur
    • Cinta & Wanita
    • Highlight
    • Info & Tips
    • Internet & Media Sosial
    • Karir & Bisnis
    • Note to Self & Curhat
    • Parenting & Family
    • Tempat & Traveling



© Copyright Desi Sachiko 2012-2021